Nama : Julita Ayu
Kelas : 3EB09
NPM : 23212994
Ini 4 Masalah Utama Ekonomi Indonesia
Jakarta -Kalangan pengusaha menilai perekonomian Indonesia masih
terus bertumbuh. Di tahun politik sekali pun yang dianggap tahun yang penuh
ketidakpastian, ekonomi RI masih terus bergeliat.
Namun, ada beberapa masalah utama perekonomian Indonesia yang bakal mengahambat keberlangsungan ekonomi secara umum dan khususnya dunia usaha.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Persero Ismed Hasan Putro mengatakan, ada 4 masalah besar yang dapat menghambat perekonomian Indonesia, salah satunya adalah utang luar negeri Indonesia yang membumbung tinggi.
"Utang luar negeri kita tinggi sekali lebih dari Rp 2.000 triliun," kata dia saat ditemui di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Minggu (23/3/2014).
Selain masalah utang, anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang digelontorkan pemerintah mencapai di atas Rp 300 triliun. Angka ini sangat membebani pemerintah. Sebaiknya, kata dia, anggaran yang disediakan untuk subsidi BBM dialihkan untuk infrastruktur yang membangun.
"Subsidi BBM di atas Rp 300 triliun. Ini harusnya dialihkan saja ke infrastruktur di Sulawesi misalnya atau Sumatera akan lebih membangun. Berhenti memperbesar porsi subsidi, subsidi yang menikmati orang di Jakarta, Jepang dan Korea karena kendaraan mereka laku," ungkapnya.
Di samping itu, tingginya angka impor pangan di atas Rp 300 triliun juga menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sudah saatnya Indonesia mandiri pangan.
Namun, ada beberapa masalah utama perekonomian Indonesia yang bakal mengahambat keberlangsungan ekonomi secara umum dan khususnya dunia usaha.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Persero Ismed Hasan Putro mengatakan, ada 4 masalah besar yang dapat menghambat perekonomian Indonesia, salah satunya adalah utang luar negeri Indonesia yang membumbung tinggi.
"Utang luar negeri kita tinggi sekali lebih dari Rp 2.000 triliun," kata dia saat ditemui di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Minggu (23/3/2014).
Selain masalah utang, anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang digelontorkan pemerintah mencapai di atas Rp 300 triliun. Angka ini sangat membebani pemerintah. Sebaiknya, kata dia, anggaran yang disediakan untuk subsidi BBM dialihkan untuk infrastruktur yang membangun.
"Subsidi BBM di atas Rp 300 triliun. Ini harusnya dialihkan saja ke infrastruktur di Sulawesi misalnya atau Sumatera akan lebih membangun. Berhenti memperbesar porsi subsidi, subsidi yang menikmati orang di Jakarta, Jepang dan Korea karena kendaraan mereka laku," ungkapnya.
Di samping itu, tingginya angka impor pangan di atas Rp 300 triliun juga menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sudah saatnya Indonesia mandiri pangan.
"Impor
pangan sudah lebih dari Rp 300 triliun. Indonesia sudah seharusnya tidak
bergantung pada impor. Sumber daya alam kita banyak, mungkin kayak gandum
memang kita belum bisa menghasilkan banyak tapi yang lain-lain seperti beras
itu kan kita bisa menghasilkan sendiri," terang dia.
Hal lain soal kesenjangan ekonomi. Jurang antara si kaya dan si miskin terlampau tinggi padahal jarak tempat tinggal tidak terlalu jauh.
"Jurang kemiskinan masih banyak contohnya di Banten dan terkaya di Menteng, padahal jarak dari Banten ke Menteng itu tidak lebih dari 2 jam.
Di Menteng pakai jas yang mahal tapi masih banyak yang telanjang di Jambi, Papua, ini PR bagi presiden soal kesenjangan ini bisa diperkecil," jelasnya.
Di tempat yang sama, Chairman Sahid Group Sukamdani Sahid Gitosardjono meminta kepada pemerintahan baru untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan anggaran pendidikan dalam APBN.
"Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bukan saja bersaing dalam komoditas tapi juga manusianya. Jadi pemerintah harus menganggarkan dana pendidikan lebih dari 20% dalam APBN supaya SDM kita bisa unggul, berbudaya dan bersaing dengan negara lain," tutupnya.
Hal lain soal kesenjangan ekonomi. Jurang antara si kaya dan si miskin terlampau tinggi padahal jarak tempat tinggal tidak terlalu jauh.
"Jurang kemiskinan masih banyak contohnya di Banten dan terkaya di Menteng, padahal jarak dari Banten ke Menteng itu tidak lebih dari 2 jam.
Di Menteng pakai jas yang mahal tapi masih banyak yang telanjang di Jambi, Papua, ini PR bagi presiden soal kesenjangan ini bisa diperkecil," jelasnya.
Di tempat yang sama, Chairman Sahid Group Sukamdani Sahid Gitosardjono meminta kepada pemerintahan baru untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan anggaran pendidikan dalam APBN.
"Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bukan saja bersaing dalam komoditas tapi juga manusianya. Jadi pemerintah harus menganggarkan dana pendidikan lebih dari 20% dalam APBN supaya SDM kita bisa unggul, berbudaya dan bersaing dengan negara lain," tutupnya.
Analisis :
Dapat disimpulkan
bahwa masalah perekonomian di Indonesia yang menjadi pokok utama adalah utang
ke Luar Negeri yang membumbung tinggi, anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak
(BBM) yang digelontorkan pemerintah, tingginya angka impor dan perbedaan
jenjang sosial antara kaya dan miskin.
Seiring dengan
jumlah utang pemerintah yang semakin bertumbuh, maka diperlukan pengelolaan
utang yang komprehensif. Dimana pemerintah perlu melakukan analisis yang
mendalam terhadap utang baik dari segi jumlahnya. Sehingga pemerintah bisa
menyusun startegi yang baik untuk menutup segala anggaran.
Pemerintah juga
bisa meningkatkan daya beli masyarakat, melalui pemberdayaan ekonomi di daerah.
Dan bisa meningkatkan pajak atas barang mewah dan impor.
Maka pemerintah
sebaiknya lebih mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan kelompok-kelompok
tertentu.
Di Indonesia
merupakan Negara pengimpor minyak sehingga secara langsung dampak dari kenaikan
minyak dunia berpengaruh terhadapa perekonomian Indonesia. Di Indonesia sendiri
harga minya dunia sudah semakin tinggi, yang diberikan pemerintah subsidi yang
berasal dari APBN untuk mengontrol minyak dalam negeri. Maka, kita sebagai
masyarakat mendukung program pemerintah yang berkaitan dengan kenaikan BBM dan
melihat hasil dari penghematan yang telah terlaksana. Namun, bagi masyarakat
yang sudah mapan juga sebaiknya bisa bekerja sama dalam menggunakan bahan
bersubsidi sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Dan tidak membebani
masyarakat yang menengah ke bawah.
Sehubungan dengan
impor, di Indonesia sendiri merupakan Negara yang ketergantungan dengan impor. Mengingat
Negara Indonesia kaya akan sumber daya alam, namun impor paling banyak antara
lain buah dan beras. Menteri BUMN mendorong untuk mengembangkan buah sehingga mengurangi
ketergantungan impor. Masyarakat di Indonesia seharusnya sadar bahwa Negara Indonesia
ini sangat kaya, tinggal bagaimana kita bisa membantu dan saling bekerjasama
dalam hal mengurangi impor. Pemerintah sebaiknya membuat analisa lagi akan
sumber daya yang ada saat ini, sehingga semua menguntungkan bagi Negara.
Mengenai jurang
kemiskinan yang membedakan kaya dan miskin, masyarakat harus sadar
masing-masing bahwa semua itu sama. Tidak ada membedakan masalah status, karna
hal tersebut membuat Negara kita semakin buruk ke depannya. Jika masyarakat
sadar dan melihat hal baiknya, mungkin tidak ada lagi perbedaan. Dan sebaiknya
yang kuat dapat membantu yang lemah. Dalam arti yang kaya bisa membantu yang
miskin untuk menjadi lebih baik lagi.
Sumber : http://finance.detik.com/read/2014/03/23/155028/2533982/4/ini-4-masalah-utama-ekonomi-indonesia